Mazmur 68: 2-7 menggambarkan tindakan ilahi dari Tuhan yang
historis dan simbolis secara dramatis terhadap suatu peristiwa yang tak
terlupakan, juga pemikiran yang mendukung iman kita yang membaca supaya tidak
mudah goyah dalam menatap masa depan. Mazmur ditulis dan dikaitkan dengan
peristiwa bangsa Israel. Yang mengekspresikan keperkasaan Allah saat berhasil
mengalahkan tentara Mesir. Allah berhasil membuat musuh-musuh Israel bertekuk
lutut. Kita juga dapat simpulkan dalam tiga aliran utama, yaitu:
1.
Mazmur dinilai sebagai nyanyian kemenangan yang
jika kita lihat titik kesamaannya dengan nyanyian Deborah (hakim-hakim 5),
dimana yang dimasyurkan disini adalah kemenangan yang akan Tuhan perjuangkan
kelak pada akhir zaman.
2.
Sesuai syair suci di Timur tengah khususnya
penemuan dari Ugarik, maka dilihat sebagai bunga rampai syair-syair singkat
abad 13 – 10 sebelum masehi, dimana pujian kepada dewa bangsa tetangga diambil
oleh Israel dan disesuaikan dengan pujian untuk Tuhan.
3.
Nyanyian kemenangan ini diperdengarkan pada
perayaan, dimana Tuhan dipuji sebagai raja di Yerusalem.
Pembuktian yang disertai kegunaan
pasti sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan perjalanan ataupun
kegiatan. Kita dapat melihat kepastian kemenangan yang diterima oleh seseorang
saat kehadiran Allah. Nampak sekali secara gamblang dinyatakan saat tabut
perjanjian berangkat. Harapan dalam permohonan yang dinaikkan agar Tuhan bangun
berperang di depan umat-Nya dikabulkan. Kehadiran Tuhan bertindak yaitu dimana
Tuhan bangkit berpihak kepada orang yang percaya dan para musuh lari ketakutan,
hancur seperti lilin yang meleleh di depan api. Dengan kata lain, binasa di
hadapan Tuhan.
Berbeda dengan oang yang percaya
yang mengasihi Tuhan, bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya dan
bersukacita di hadapan Tuhan. Yang tadinya tertindas, kini tertolong.
Kemenangan di dapat dimana pernyataan Allah digambarkan dengan gelar penunggang
awan-awan yaitu Dia berperang di medan sejarah. Atas dasar inilah bangsa Israel
memuliakan Allah dan memuji Dia untuk mengenang karya Allah. Ungkapan tersebut
dirayakan dalam ibadah aktual dengan pemahaman bahwa umat sudah dilepaskan dari
tanah perbudakan di Mesir. Gambaran dia, Allah bersejarah bagi umat sebagai
raja yang adil, Bapa bagi anak yatim, pelindung bagi janda, pemberi rumah
kepada orang yang sendirian, pembebas bagi orang yang tertawan. Jelas sekali
bahwa terbuka jalan ketika tabut perjanjian bersama para iman pelayan, raja dan
para penyanyi bergerak maju berjalan terdengarlah seruan: “buatlah jalan bagi
Dia yang berkendaraan meliputi awan-awan”. Semua rintangan yang menghalangi
harus disingkirkan, itulah Allah. Ia yang bersemayam di sorga menyadari
kebutuhan manusia dimana sebagai Bapa bagi yatim piatu, pelindung bagi yang
lemah dan kesepian dan melepaskan yang tertindas.
Hakekat manusia awalnya telah
mendapat kekuatan dari Allah melalui hembusan kuasa roh Allah dan menjadi
makhluk hidup, tidak seperti ciptaan yang lain. Di sinilah kekuatan baru itu
dipercayakan kepada orang percaya dimana ada kemenangan ilahi atas kuasa alam
maut. Perlu suatu jawaban sebagai keputusan diri untuk menyambut Dia dan hidup
dalam persekutuan dengan Dia. Itulah Allah yang berkuasa dan kehadiran-Nya
mengherankan dengan bersedia menanggung dosa, kekuasaan dosa diatasi untuk
memenuhi kebutuhan orang-orang tertindas, tertekan, terasing, yaitu Yesus
Kristus yang kemenangan-Nya di kayu salib atas kuasa dosa (kegelapan). Sekarang
diberikan kekuatan yaitu Roh Kudus agar kita lebih baik dan berharga
berdasarkan kemenangan Kristus mengubah kita untuk berkiprah agar dapat
melayani, mengasihi Allah-manusia, membangun jemaat dalam kasih. Pelaksanaan
hal itu dapat diwujudkan dalam sikap iman yang harus diperjuangkan terus sepanjang
kita di dunia ini. Konsistensi orang percaya menjadikan kita tidak sekedar
gemar ritual tetapi aktual sebagai arak-arakan yang bersukacita dalam memuji
Dia dan kesediaan untuk berbuat dalam porsi baru seperti mengasihi, membangun
jemaat sesuai karunia yang dimiliki.
Terkadang seringkali sebagai
orang percaya, kita merasa persoalan hidup yang kita hadapi begitu berat,
sehingga rasanya kita tidak mampu lagi untuk menanggung semuanya itu. Kita
merasa takut, putus asa, cemas dan marah. Tetapi sebagai orang percaya juga,
kita tidak boleh lemah apalagi sampai kuatir. Kita harus tetap kuat untuk
menghadapi apapun persoalan hidup yang datang menimpa hidup kita, sebab Tuhan
pasti akan memberikan kekuatan di saat kita lemah. Tuhan ingin kita memiliki
sikap hidup yang benar di dalam dan di hadapan Tuhan. Seperti ada tertulis
dalam Filipi 4 : 6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur”. Artinya adalah apa yang menjadi persoalan hidup harus
kita serahkan semua ke dalam tangan Tuhan dan Tuhan akan menyatakan
pertolongan-Nya tepat pada waktu-Nya. Bukan waktu kita melainkan waktu Tuhan. Misalnya
ketika kita telah menyelesaikan pendidikan kita di bangku perkuliahan dan
beberapa tahun kita menantikan pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan kita,
sebagai orang percaya kita harus terus berusaha dan berdoa kepada Tuhan.
Memohon kepada Tuhan untuk memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kita.
Percayalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita, Dia akan memberikan kita
pekerjaan yang layak buat kita tepat pada waktunya sesuai apa yang kita
butuhkan. Atau ketika kita mengalami penyakit yang didiagnosa oleh dokter tidak
dapat disembuhkan dan hanya memiliki waktu yang sedikit, serahkan pada Tuhan
karena ketika kesulitan datang, Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi kita.
Tuhan dapat memakai siapapun untuk menyembuhkan kita dan dengan banyak cara.
Tuhan justru memberitahukan kita bahwa inilah saat kebaikan-Nya dinyatakan.
Untuk menjadi tetap kuat di dalam
Tuhan, sebagai orang percaya janganlah kita hanya memandang kepada persoalan
hidup yang kita hadapi semata, karena jika kita hanya memandang persoalan itu
berarti kita melupakan Tuhan. Pandanglah Tuhan yang masih memberikan nafas
hidup kepada kita, dan ingatlah Firman Tuhan katakan dalam Filipi 4 : 13
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.
Kalau kita bisa memiliki prinsip hidup seperti ini, maka inilah yang membuat kita
menjadi orang-orang yang tidak pernah kehilangan pengharapan. Ingatlah bahwa Ia
akan setia menyertai kita sampai pada kesudahan zaman. Jadi kita harus tetap
mengakui bahwa hidup kita ini hanya oleh karena kasih karunia Tuhan dan
pemeliharaan Tuhan. Ini adalah pengakuan yang sangat penting bagi setiap orang
percaya. Pengakuan kita akan pemeliharaan Tuhan yang sempurna akan membuat kita
memiliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, karena kita terus menyadari
bahwa tanpa Tuhan kita tidak mampu untuk berbuat apa-apa.
Kesulitan atau pun masalah yang datang menghampiri
kita hanyalah bagian dari rencana Tuhan untuk membuat kita lebih dekat
kepada-Nya dan membentuk kita menjadi manusia yang sangat berharga karena kita
ini adalah biji mata Allah. Roma 8 : 28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Jadi kalau kita tahu bahwa Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi
kita yang mengasihi Dia, maka seharusnya tidak ada lagi yang perlu kita
takutkan, tidak ada lagi yang harus kita kuatirkan. Karena bagi kita mungkin
itu mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil. Kiranya Tuhan Yesus
selalu memberkati kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar