Saya dilahirkan dalam
keluarga Mamahit-Manahampy di Makassar yang dulunya dikenal dengan kota Ujung
Pandang. Saya yang memiliki nama lengkap Adrian Mamahit, lahir dari keluarga
yang sederhana dengan nama orangtua
Pelly Mamahit dan Nelly Manahampy. Anak kedua dari empat bersaudara ini
menikmati masa Taman Kanak-Kanaknya di TK Frater Bakti Luhur dan melanjutkan
Sekolah Dasar di SD Frater Bakti Luhur serta Sekolah Menengah Pertamanya di SMP
Frater Tamhrin Makassar. Pada tahun 2003, saya melanjutkan Sekolah Menengah
Atas di SMU Dian Harapan Makassar.

Hi everyone. Let me introduce myself in a short time. I am Adrian Mamahit and you can call me DODE. I was born in Makassar, Indonesia. I have a nice hobby and that is writing and blogging. I have a nice blog that provide information of Teology newest gadget, and many more. Thanks visit to see my articles...
Selasa, 12 Agustus 2014
Thesis Statement Adrian Mamahit : “Melihat Trinitarian Dari Prespektif Angka Tiga,Sebab Melalui Angka Tiga Dipahami Sebagai Sintesis Yang Merangkul Dalam Mengantarkan Para Pengikut Ajaran Kasih Untuk Memahami Keberadaan Yang Realitas Itu Di Dalam Kehidupan Bergaul Dan Memiliki Rasa Tanggung Jawab Dengan Para Umat Yang Lain”.
Angka-angka
adalah 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan seterusnya. Namun,sadarkah kita terhadap keistimewaan
bilangan ganjil ? Setelah saya telaah bilangan ganjil dalam hal ini angka tiga
merupakan angka yang bisa mengantarkan seseorang untuk menuju kesempurnaan.
Sesuatu yang sempurna, pastilah impian semua orang karena itulah semua orang
mengidam-idamkan sesuatu yang sempurna tersebut. Berdasarkan sejarah,
angka-angka yang kita kenal sekarang merupakan angka-angka Arab, sebab
orang-orang Arab tak lama sesudah kemunculan agama Islam yang menghasilkan
tradisi Islam yang mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan itu satu. Pemikiran
tentang angka-angka ini dikembangkan oleh Pythagoras, ia merupakan ilmuan yang
rumus-rumus matematikanya masih dipakai sampai sekarang. Konon pemikirannya Pythagoras
tentang keteraturan sangat berdampak bagi keagamaan pada saat itu. Sebab
menurut Pythagoras,segala sesuatu ini sangat teratur, seperti keteraturan
musical, keteraturan matematis, keteraturan kosmos dan terakhir keteraturan
etis dan sosial ( Schimmel:25) selalu ada dalam kehidupan manusia. Oleh karena
itulah pasti ada sesuatu yang memiliki kuasa untuk mengatur itu semua. Bahkan,
menurut Pythagoras interval tangga nada berhubungan dengan panjang relatif vibrasi senar dengan perbandingannya 1:2, 2:3,
dan 3:4, dengan dimikan jika harmoni musical dapat diekspresikan dalam
rumus-rumus matematika dengan cara menghitung perbandingan senar,maka esensi
dari segala sesuatu pun sepertinya bisa diungkapkan dengan angka-angka
(Schimmel:25-26).
Adrian Mamahit melihat adanya "Ultimate" berdasarkan pengalaman dalam Kisah Para Rasul 4:12
Pergumulan yang sering kita temui dalam dunia yang fana ini adalah pertemuan dengan keanekaragaman. Dalam hal ini, kita sering tidak memahaminya untuk itu kita coba melihat keanekaragaman dari sudut pandang Mark Heim yang menurut Paul F.Knitter merupakan penulis yang menulis dari hati. Bagi Mark Heim, kemungkinan untuk mencapai(mendekati) keseimbangan adalah model penerimaan, untuk itulah penerimaan dalam hal ini dilihat berdasarkan pendekatan terhadap perichoresis. Dalam hal ini perichoresis berasal dari bahasa Yunani yang jika dimaknai dalam bahasa Indonesia bermakna bahwa sepenuhnya memiliki konteks hubungan kasih. Dalam hal ini tercipta suatu persekutuan dengan Allah. Oleh karena itulah, dalam konteks hubungan kasih dengan Allah ini terdapat tiga dimensi sehingga Mark Heim melihat bahwa perichoresis berdasarkan dimensi Impersonal, dimensi Personal & dimensi Persekutuan.
Langganan:
Postingan (Atom)