Pergumulan yang sering kita temui dalam dunia yang fana ini adalah pertemuan dengan keanekaragaman. Dalam hal ini, kita sering tidak memahaminya untuk itu kita coba melihat keanekaragaman dari sudut pandang Mark Heim yang menurut Paul F.Knitter merupakan penulis yang menulis dari hati. Bagi Mark Heim, kemungkinan untuk mencapai(mendekati) keseimbangan adalah model penerimaan, untuk itulah penerimaan dalam hal ini dilihat berdasarkan pendekatan terhadap perichoresis. Dalam hal ini perichoresis berasal dari bahasa Yunani yang jika dimaknai dalam bahasa Indonesia bermakna bahwa sepenuhnya memiliki konteks hubungan kasih. Dalam hal ini tercipta suatu persekutuan dengan Allah. Oleh karena itulah, dalam konteks hubungan kasih dengan Allah ini terdapat tiga dimensi sehingga Mark Heim melihat bahwa perichoresis berdasarkan dimensi Impersonal, dimensi Personal & dimensi Persekutuan.
Selain itu juga melalui teks ini
dapat dilihat adanya unsur ajakan untuk
membentuk sebuah persekutuan, dan perlu diketahui bahwa teks ini bukan sebuah
perintah untuk memperoleh keselamatan. Karena teks ini berusaha memberikan
alternatif yang tidak bersifat untuk
mengharuskan.Sama halnya sebuah lampu lalu lintas di jalan raya, yang dimana
lampu lalu lintas itu hanya memberi pentujuk dan tidak memaksa pengguna jalan
raya untuk mematuhinya. Dan apabila ada kecelakaan lalu lintas yang pantas
untuk disalahkan atas terjadinya kecelakaan adalah pengguna jalannya. Dan
apabila dianologikan dengan seseorang yang mau diselamatkan melalui versi Kristen,orang
itu harus mempercayai akan keberadaan Yesus sebagai batu penjuru terlebih
dahulu agar orang itu tidak mengalami kecelakaan . Oleh karena itulah, agama
Kristen merupakan agama yang menawarkan sesuatu yang sempurna, namun masih
banyak yang belum menyadarinya. Dan cara menyadarkannya tidak perlu dengan cara
kekerasan atau paksaan, cukup dengan memberikan pentujuk sebab itulah esensi
dari sebuah batu penjuru yang melahirkan kesempurnaan. Karena sesuatu yang
sempurna itu harus menghargai yang baik, sebab sempurna itu berangkat dari
sesuatu yang baik. Dan apabila tidak ada
yang baik secara otomatis yang sempurna itu juga tidak ada.
Oleh karena itulah kita harus melihat bahwa
sosok Yesus itu sebagai pembela bagi siapa saja yang mempercayai segala ajarannya,
sebab Yesus hanya mengajak bukan berarti makhluk ciptaanNya yang berakal budi
itu harus mengikutiNya. Sebab Dia hanya bertugas sebagai penunjuk jalan,
fungsiNya hanya berusaha memberikan pentunjuk dan selebihnya diserahkan kepada
manusia untuk memilih jalannya masing-masing. Dan sebagai batu penjuru Dia,
menghargai pilihan orang-orang yang tidak memilihNya karena itulah kita yang
mengaku sebagai pengikut ajaran kasih harus menghargai pilihan sesama kita agar
terciptalah suasana persekutuan yang sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar