Saulus yang dulu belum percaya kepada Kristus bahkan menganiaya setiap
orang Kristen kini berubah (bertobat) dan sepenuhnya percaya kepada Kristus
setelah mengalami perjumpaan yang ajaib dengan Kristus sendiri sehingga
akhirnya membuat dia berbalik 180 derajat dari yang dulu menganiaya pengikut
Kristus kini justru ikut ambil bagian sebagai pemberita Injil Kristus itu
sendiri dan namanya pun berubah menjadi Paulus. Paulus menjadi pemberita Injil
Kristus dan kota Korintus menjadi salah satu ladang pelayanannya (ladang
Pekabaran Injilnya) dalam setiap pelayanannya, khususnya di Korintus, Paulus
menekankan kepada jemaat Korintus tentang bagaimana idealnya hidup sebagai pengikut
Kristus.
Namun dibalik upaya pemberitaan Injil Kristus ada persoalan yang
timbul di sana, yaitu pertentangan ajaran antara Injil dengan kepercayaan
masyarakat setempat yang kemudian mempersoalkan kerasulan atau mandatnya
sebagai pekabar Injil. Kerasulan Paulus dipersoalkan karena dia memiliki latar
belakang sebagai orang Farisi yang selalu menganiaya orang Kristen atau
pengikut Kristus. Selain persoalan itu Paulus juga tetap memberikan
pengajarannya atau menjalankan tugasnya kepada jemaat Korintus agar mereka
senantiasa setia dan benar-benar menjalani hidup sebagai pengikut Kristus yang
sejati di tengah-tengah persoalan kehidupan yang ada.Pada ayat pertama dan kedua terlihat persoalan kehidupan yang terdapat
dalam jemaat ini yaitu kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak Kristus, di
mana ada perbuatan-perbuatan tersembunyi yang memalukan bahkan licik dan
memalsukan firan Tuhan. Agaknya ungkapan dalam kedua ayat ini ditujukan bagi
mereka yang meragukan kerasulan Paulus dan memalsukan Injil untuk menyerang
keberadaan Paulus, tetapi sekaligus juga mmerupakan nasihat atau ajaran kepada
jemaat Korintus yang juga berpotensi untuk melakukan perbuatan yang tidak
sesuai dengan Injil karena pengaruh dari mereka yang tidak menyukai Paulus dan
mencoba menghasut jemaat. Paulus menjelaskan tentang dirinya yang benar-benar
menjalankan tugasnya sebagai seorang rasul (pekabar Injil) dan siap untuk
dipertimbangkan (diuji) oelh semua orang di hadapan Allah. Digambarkan juga
bahwa orang yang tidak bisa menerima Injil meskipun sudah diberitakan, maka
mereka adalah orang yang akan binasa karena mereka dibutakan oleh ilang zaman,
yaitu keinginan duniawi dan keinginan daging manusia. Dan sungguhnya bagi
mereka adalah sedang berada di dalam kegelapannya sendiri karena tidak mendapatkan
atau menerima cahaya Injil yang tentang kemuliaan Kristus yang adalah gambaran
Allah sendiri. Paulus menghimbau kepada jemaat Korintus dan kepada orang-orang
yang tidak percaya Kristus yang juga senang dengan pelayanan Paulus, dan Paulus
juga menekankan bahwa pelayanan yang dilakukannya adalah kehendak Tuhan dan
memberitakan tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan. Sikap atau gaja hidup
masyarakat Korintus pada umumnya adalah hedonisme yaitu sikap atau gaya hidup
yang kental dengan kuasa dosa seperti ini adalah kehidupan yang berada dalam
kegelapan sehingga perlu diterangi agar tidak sesat dan jatuh ke dalam dosa dan
binasa. Terang yang dibutuhkan adalah Kristus itu sendiri agar terang Kristus
dapat bercahaya dalam hati tiap-tiap orang yang menerimanya sehingga setiap
orang pula beroleh terang dan kemuliaan Allah.
Kita tidak asing bukan dengan kata “Habis Gelap Terbitlah Terang”, yang
merupakan kumpulan surat-surat dari RA Kartini yang ditujukan kepada
teman-temannya. Dari kata tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa setelah
kejadian atau sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita yang tidak
menyenangkan, yang menyedihkan, akan muncul harapan yang bisa mengembalikan
kebahagiaan bagi kita, kegembiraan dalam hidup kita. Dan ketika kita cermati dengan seksama, sebenarnya
kata “Habis Gelap Terbitlah Terang” itu selalu ada dalam aktifitas keseharian
kita. Kita merasakan setiap kali ketika kita bangun di pagi hari. Malam tanpa
penerangan lampu, semua gelap gulita, sulit bagi kita untuk bisa melihat
sesuatu yang ada di sekeliling kita. Kita tidak bisa melihat jalan, arah,
tujuan, kerikil, lubang dan lain-lain. Namun, ketika matahari terbit di pagi
hari, hari pun menjadi terang dan kita bisa melihat semua yang ada disekeliling
kita, semuanya terlihat dengan jelas. Kita bisa melihat bunga, pemandangan yang
indah, pelangi, langit dan semua ciptaan Tuhan. Dan kita bisa menghindari
segala yang dapat membuat kita terjatuh, seperti kerikil, lubang dan lain
sebagainya. Sebagai pribadi yang telah menerima Terang yang
sesungguhnya, yaitu Juruselamat kita, semestinya kerinduan kita bukan lagi dari
kegelapan. Semestinya kerinduan kita adalah terang, karena dengan terang kita
bisa melihat dan mensyukuri keindahan yang ada disekeliling kita, kita bisa
menghindari segala lubang, batu, kerikil yang ada di jalan sehingga kita tidak
terjatuh. Inilah yang Tuhan mau, Tuhan mau agar kita datang kepada terang
seperti yang ada tertulis di dalam Yohanes 3:21 “tetapi barangsiapa melakukan
yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa
perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” Bukan hanya itu saja, kiranya
kita juga bisa memancarkan keindahan warna-warna kita, sehingga mereka yang
masih berada di dalam kegelapan bisa melihat keindahan kita yang oleh Sumber
Terang itu. Tuhan kiranya menolong dan memberkati kita untuk menjadi terang di
dalam hidup kita masing-masing, sehingga kegelapan itu sirna. Kiranya kita juga
bisa menjadi terang di mana pun kita berada, terutama di negara kita Indonesia
ini. Sebagai anak Tuhan, kita bisa menunjukkan kepada saudara-saudara kita
bahwa kita anak-anak Tuhan yang mampu menerangi kegelapan dunia ini dan kita
tidak menjadi sama dan masuk ke dala kegelapan itu. Kita bisa menjadi lilin di
tempat gelap di mana banyak yang membutuhkan cahaya sehingga bangsa ini bisa
menjadi lebih baik. Dirgahayu Indonesia. Tuhan memberkati kita semua dan bangsa
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar