Selasa, 02 September 2014

Dosa dan Penebusan ( Dosa Bagian Dari Rencana Allah ??? )

Dosa sering dipahami sebagai bagian dari kehidupan kita, karena itulah banyak yang mengatakan bahwa dosa adalah perbuatan yang wajar. Oleh karena itulah sering kita diperhadapkan dengan pernyataan bahwa dosa merupakan hal yang dapat dimaklumi apabila dapat dipertanggung jawabkan. Hal inilah yang saya coba bandingkan dengan pertayaan bahwa apa dosa bagian dari rencana Allah ?

Pendahuluan :
Alkitab diawali dengan sebuah kisah mengenai penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya, hal ini ditujukan untuk memperlihatkan dan memperdengarkan pengakuan dan pemahaman iman Israel,bahwa Allah Israel adalah Tuhan yang berkuasa atas dunia ini. Dan penciptaan manusia sebagai puncak karya Allah ( Kej 1:26 ),sebab Allah berkehendak untuk menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Hal ini menandakan bahwa adanya hubungan khusus antara Allah dan manusia, oleh karena itu sepantasnya manusia menyadari akan keistimewahaan ini.
Hubungan khusus antara Allah dan manusia ini, dapat juga dipahami sebagai rekan sekerja Allah dalam menatalayani dunia ini. Dalam hubungan itu, manusia memperlihatkan seluruh bentuk ketaatan, dan kesetiaannya, dalam jalur bertanggung jawab kepada Allah. Maka itu manusia harus mempertahankan dan memilihara hubungan khusus itu secara bertanggung jawab. Namun dalam Perjanjian Lama tepatnya di Kejadian 3, dikisahkan bahwa manusia telah merusak hubungan khusus antara manusia dan Allah. Manusia menolak dan melanggar serta memberontak dan melawan Allah, sehingga hubungan itu terganggu dan akhirnya terputus. Namun, hubungan tersebut menjadi membaik setelah adanya pengorbanan dari pribadi Allah melalui perantara Yesus.
Berdasarkan itulah, penulis melihat ada yang menarik dari serangkaian peristiwa tersebut. Bahkan penulis berasumsi bahwa dosa merupakan rencana Allah, yang bertujuan untuk memperlihatkan kuasa Allah, agar manusia sadar bahwa Allah itu sangat berkuasa. Oleh karena itulah, penulis akan berusaha untuk memaparkan untuk menjawab asumsi penulis tersebut.


Isi:
·         Memahami Dosa.
Dosa sudah ada di alam semesta sebelum Hawa dan Adam jatuh ke dalam dosa. Hal dapat dilihat dari, hadirnya penggoda Hawa dan Adam yang digambarkan dalam bentuk ular berkaki di Taman Eden. Tapi dalam Alkitab tidak memberikan keterangan tentang kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikat ke dalam dosa,kecuali asal mula dosa dalam kaitannya dengan manusia. Pada awalnya dosa sering dipahami berasal dari Allah, bahkan apabila ada penyakit, atau adanya bencana alam selalu dihubungkan dengan dosa.
 Misalnya saja dalam Perjanjian Lama, ada kisah tentang Ayub yang mengalami musibah dan para sahabatnya menganggap bahwa Ayub telah berdosa terhadap Allah. Di Perjanjian Baru pun ada dalam kisah tentang orang buta sejak lahir ( Yohanes 9:1-3 ), masyarakat setempat menganggap bahwa keluarganya telah berdosa. Hal ini sebenarnya bisa saja salah, sebab perlu kita pahami bahwa dosa dimulai dengan pelanggaran Hawa dan Adam yang dipahami sebagai dosa pertama manusia, kemudian dosa dilanjutkan dengan tindakan yang dilakukan oleh manusia dengan kesadaran penuh ( Berkhof 2008,88-91 ). Namun, bisa saja benar sebab Allah khan maha tahu mengapa Allah tidak bisa mencegah perbuatan Hawa dan Adam. Setelah ditelesuri, ternyata manusia telah melakukan dosa dengan kesadaran penuh.
            Dalam hal ini dosa dipahami bahwa, asal dosa itu bukan dari Allah (Littlefair 1975,38). Dosa dapat dirumuskan sebagai kejahatan, kesalahan, penyimpangan, bahkan dosa juga bisa dipahami sebagai pemberontakan manusia terhadap Allah dan sesamanya (Dyrness 2009,87-89). Namun, selain itu  dosa juga bisa dipahami sebagai sikap hati manusia yang menolak pengenalan akan Allah. Dosa adalah perbuatan yang menyimpang dari kebenaran dan kebaikan, hal ini pun didukung dengan pernyataan dari arti dosa yakni tidak tepat pada sasaran. Pengertian tersebut berasal dari bahasa ibrani chata sedangkan bahasa Yunani amartia, oleh karena itulah tindakan yang tidak mengena sasarannya adalah sia-sia ( Roma 3:9-20 ).
            Dengan demikian, dosa bukanlah sebuah insiden bahkan bukan juga sebuah perbuatan kebetulan yang bersifat terpaksa untuk dilakukan manusia. Tetapi dosa merupakan hasil dari sikap hati manusia yang jahat terhadap Allah, sehingga dosa dilakukan secara sadar oleh manusia. Dosa itu terkait dengan isi kehidupan dan keberadaan manusia sehingga kita tidak dapat mengatakan bahwa hal itu hanya sebuah perbuatan yang kebetulan terjadi, tanpa mengikut sertakan kesadaran manusia. Oleh karena itu kita harus menyadari bahwa betapa besarnya dampak dosa bahkan dapat dikategorikan sangat serius hal ini, sehingga Allah sendiri mengorbankan diriNya dalam Yesus untuk menebus dosa-dosa manusia,agar manusia kembali sempurna dihadapan Allah (Graham 1959.44).
            Dosa bukan hanya suatu tindakan jasmani, namun sikap ekspresif mencerminkan hati manusia yang telah menyimpang dari kehendak Allah. Dosa dapat dipahami sebagai ancaman bagi kehidupan manusia, Jiwa manusia pun rusak, pandangan iman Kristen tentang hal ini bertolak belakang dengan pendapat-pendapat yang bersifat mistik, sebab dimana masalah tubuh dan jiwa dipisahkan secara tegas dengan menyebutkan  bahwa jiwa menjadi bagian yang ilahi, sedangkan tubuh adalah bagian yang fana dan bersifat duniawi. Oleh karena itulah, hati memang penurut tetapi apa daya daging ini lemah sehingga manusia selalu melakukan dosa dengan kesadaraan yang penuh. Sebab itu, manusia harus setia saat harus memperbaiki hubungan dengan Allah dalam bentuk permohonan pengampunan dosa. Orang tidak dapat menjadi suci ketika sudah bertobat, sebab pertobatan itu sendiri adalah suatu proses yang harus dijalani dan dilakukan setiap saat (Graham 1959.119). Dengan demikian, manusia harus mensyukuri dengan pengorbanan Allah melalui perantara Yesus, manusia diselamatkan dari dosa.

·         Allah Telah Merencanakan yang Terbaik Untuk Manusia.
            Kehadiran Yesus merupakan suatu lambang,bahwa Allah sangat baik terhadap manusia. Kasih-Nya yang begitu agung, diberikan melalui penyerahan diri-Nya melalui pribadi Yesus di kayu salib untuk menebus semua dosa-dosa manusia, agar manusia dapat memperoleh hidup yang damai dengan Allah dan memperoleh kemuliaan di hadapan Allah. Yesus banyak mendapatkan gelar, misalnya saja Sang Anak Domba, Mesias, namun dalam konteks sekarang Yesus akan dipahami sebagai Sang Penyelamat. Dalam Perjanjian Lama, dikatakan bahwa, orang Yahudi menantikan kedatangan seorang Mesias, yang akan menyelamatkan manusia. Dan ketika Yesus muncul dalam Perjanjian Baru, adanya harapan terhadap Yesus untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi dari penindasan pemerintahan Romawi.          

·         Penyelamat Dalam Perjanjian Lama.
Penyelamat di Perjanjian Lama disebut yesyu’a dan dalam bahasa yunani disebut soteria,yang berarti pembebasan dari bahaya atau penyakit yang mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran (Douglas dkk 1995,375). Dalam hal ini soteria ditujukan kepada tokoh-tokoh tertentu, misalnya saja Otniel dan Ehud yang disebut penyelamat ( Hak 3:9-15). Dalam kisah ini, bangsa Israel melakukan dosa klasik sebab bangsa Israel, lebih menyukai ilah-ilah setempat ketimbang Allah Israel,sehingga bangsa Israel dihukum kemudian datanglah penyelamat yang memberikan keamanan kepada bangsa Israel (Wilcock 2005,52-53). Pada zaman nabi Nehemia umatnya mengenang dan mengingat bahwa Allah telah berjanji akan mengirimkan penyelamat yang akan membebaskan umat Allah dari kejahatan. Dalam Perjanjian Lama, kata keselamatan berhubungan dengan ketenteraman , kesejahteraan, damai dan kemakmuran. Yesyu’a juga berarti pembebasan dari situasi yang menyedihkan, misalnya ketika Hana mendapatkan anak maka ia bebas dari kemandulan, dan ia berbahagia karena keselamatan yang diperolehnya.
Selain itu juga, kata yesyu’a  bisa memiliki makna pertolongan dalam situasi bahaya dan penuh ancaman sehingga maknanya berarti mendapatkan kemenangan. Misalnya saja ketika Eleazar memukul mundur bangsa Filistin (1 Taw 11:14), selain itu juga kata yesyu’a ini menandakan jika Allah memberikan keselamatan kepada bangsa Israel pada saat dikejar tentara Firaun. Di dalam Perjanjian Lama,kisah penyelamatan menjadi penting dalam sejarah kehidupan manusia, oleh karena itulah kata yesyu’a  bisa dipahami sebagai peristiwa keselamatan dari kuasa dosa yang membelenggu manusia.
·         Penyelamat Dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru, penyelamatan berhubungan erat dengan kesembuhan dari penyakit, misalnya saja ada kisah tentang seorang perempuan yang sakit pendarahan yang kemudian diselamatkan oleh Yesus karena imannya ( Luk 8:43-48 ). Penyembuhan itu merupakan suatu penyelamatan yang diberikan oleh Yesus karena iman yang dimiliki oleh perempuan tersebut, hal ini pun didukung dengan kisah Yesus ketika menyembuhkan seorang buta dari Yerikho sehingga bisa melihat kembali.
Ada yang menarik dalam Perjanjian Baru bila berbicara tentang keselamatan,yakni sejak kejatuhannya manusia dalam dosa baik sebagai perseorangan maupun sebagai masyarakat memerlukan penyelamat, oleh karena itu dalam Perjanjian Baru manusia memerlukan penyelamat (Douglas dkk 1995,377). Sehingga dalam Perjanjian Baru,adanya jalan keselamatan yang Allah berikan agar manusia dapat keluar dari dosa.
 Di Perjanjian Baru, Yesus mati untuk menebus dosa-dosa manusia  agar manusia bisa selamat dan keluar dari belenggu dosa. Hal ini dilakukan Yesus bukan hanya sekedar menjadi peristiwa dalam sejarah, kisah ini dikenal dalam Perjanjian Baru dengan sebutan vikarius yang berarti bahwa Yesus tidak mati untuk diri-Nya sendiri,melainkan untuk menjadi perantara bagi manusia ( Ladd 1974,172 ).
Oleh karena itu keselamatan yang diberikan oleh Yesus ini tidak dapat dipisahkan dari kasih karunia Allah yang diberikan untuk manusia. Jikalau Allah tidak mengasihi manusia, tidak mungkin Allah mau menyelamatkan manusia dengan mengutus putra-Nya yang tunggal untuk mati bagi manusia ( Yoh 3:16 ). Keselamatan bagi orang Kristen ini sangat berhubungan erat juga dengan hidup dan perjuangan Yesus itu sendiri ( Ladd 1974,173). Dengan keselamatan yang diberikan oleh Yesus, maka kita diampuni dari segala dosa dan kelemahan.
Kematian Yesus bukan hanya berkaitan dengan manusia dan dosanya, melainkan juga menyangkut Allah, dalam hal ini disebut dengan istilah hendak mendamaikan ( Ladd 1974,175). Allah telah menentukan putra-Nya yang tunggal, untuk menjadi hilasterion atau jalan keselamatan karena iman ( Rm 3:24-25 ). Istilah hilasterion yang secara tradisi diterjemahkan hendak mendamaikan, namun oleh kebanyakan ahli teologi diartikan dengan kata expiasi atau penebusan ( Ladd 1974,175).
Kesimpulan :
·         Relevansi Dalam Kehidupan Sehari-hari.
Manusia memang diberi hak atas bumi ini, tetapi hak yang diberikan Allah kepada manusia itu menurut penulis adalah hak pakai, bukan hak milik. Manusia berhak memakai sumber-sumber alam untuk kepentinggannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian tetaplah harus diingat bahwa pemakaian sumber – sumber alam ada batasnya, yaitu sebatas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia harus ingat kalau manusia itu bukan pemilik bumi ini, pemilik bumi dan segala isinya tetaplah Allah. Oleh karena itu, manusia tidak boleh menggunakan sumber – sumber yang ada dibumi ini dengan seenaknya atau memperlakukan bumi ini seolah-olah miliknya manusia. Bumi adalah milik Allah, itu telah ditegaskan penulis. Manusia harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang dilakukannya di bumi ini kepada Allah, Sang pemilik.
            Manusia hidup membalikkan fakta tersebut. Manusia bukan hanya melebihi hak pakai yang Allah berikan, manusia memanfaatkan isi bumi ini dengan seenaknya, manusia memanfaatkan dosa yang telah dibuat oleh nenek moyang manusia, untuk terus berbuat dosa. Manusia memang telah berdosa, tetapi Allah telah memberikan kesempatan untuk manusia dalam memanfaatkan segala ciptaan Allah ini, dengan tidak seenaknya. Karena bumi tidak diberikan kepada satu generasi manusia saja, tetapi diberikan kepada semua umat manusia turun-temurun, dari generasi ke generasi.
Seharusnya sebagai kawan atau mitra kerja Allah, manusia harus selalu hidup dalam hubungan yang benar dengan penciptanya. Relasi antara manusia dengan Allah harus selalu ditumbuhkembangkan dengan baik, setiap tindakan manusia juga harus memperlihatkan sikap kesetiaan dan ketaatan pada kehendak Allah.Oleh karena itu, setiap generasi wajib menyadari tugas dan kewajibannya untuk memelihara alam agar generasi selajutnya tidak hanya meneruskan kebudayaan dosa saja , melainkan juga meneruskan tugas dan kewajibannya. Sebab Yesus telah mati untuk mengapus dosa-dosa manusia bahkan, Yesus telah bangkit yang menandakan bahwa iman Kristen telah dinyatakan dalam pemahaman yang mengatakan bahwa manusia telah berdamai dengan Allah (Graham 1959.180-184).
Dosa adalah ancaman bagi kehidupan manusia, berdasarkan itu juga tidak ada seorang pun hidup tanpa dosa, sebab dosa pada hakekatnya adalah penyimpangan yang dilakukan oleh manusia terhadap kehendak Allah, sehingga menyebabkan manusia yang awalnya memiliki kemuliaan Allah telah mengalami kehilangan kemuliaan Allah (Littlefair 1975, 102-105). Oleh karena itu,dosa harus dipandang sebagai sesuatu yang serius namun karena kasih-Nya dan kehendak-Nya, Allah telah mengerjakan penyelamatan atas manusia dan alam semesta, sehingga manusia harus mengolah kehidupannya dan alam semesta ini secara bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Berkhof,Louis. Teologi Sistematika V.2:Doktrin Manusia. Surabaya: Momentum.2008.
Douglas,J D.dkk.Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid II M-Z)Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina
Kasih.1995.
Dyrness,William. Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama. Malang:Gandum Mas.2009.
Graham,Billy.Damai Dengan Allah.Jakarta:Badan Penerbit Kristen.1959.
Ladd,George E.A Theology of the New Testament.Cambridge:Lutterworth Press.1974.
Littlefair,Duncan E. Sin Comes Of Age.Philadelphia:The Westminster Press.1975.
Miller,Patrick D.Sin And Judgment In The Prophets ( A Stylistic and Theological Analysis.
Chico CA:Scholars Press.1982.
Wilcock,Michael.Hakim-Hakim (Cahaya Anugerah Allah Sangat Berkilau Kendati Dosa

Manusia Begitu Pekat).Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih.2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar