Dilatarbelakangi oleh pertemuan WCC sebelumnya pada
tahun 1991 di Canberra dengan tema:”Come,
Holly Spirit-Renew The Whole Creation” (ed. Lossky, 1991. 1905) yang
terinspirasi dari segala situasi yang tidak lagi bersahabat karena seluruh
ciptaan terancam oleh adanya perang, ketidakadilan, kemiskinan dan pencemaran
polusi serta upaya-upaya yang kurang memadai didalam mengurangi ancaman-ancaman
tersebut. Melalui tema “Datanglah, Roh Kudus, Perbaharuilah CiptaanMu, terbesit
sebuah kerinduan akan pembaharuan yang dihadirkan oelh Kristus melalui Roh Kudus
yang nampak didalam doa dan seharusnya juga nampak didalam aktivitas gerejawi
ditengah-tengah dunia (ed. Kinnamon, 1991,14).
Masalah lingkungan hidup, perundingan tentang
politik internasional, persoalan utang luar negri, masalah pengungsi dan hak
wanita, keesaan dalam percaya, hidup dan kesaksian ayng semuanya terkait dengan
isu oikumene, pekabaran Injil, dialog dan gerakan-gerakan kaharismatik, dll.
Tulisan didalam dokumen Faith and Order pun menjadi landasan mengenai tugas dan panggilan
gereja yang adalah sebuah persekutuan ditengah-tengah dunia. Salah satu poin
penting didalamnya adalah panggilan gereja seperti mewartakan rekonsiliasi
serta memberikan penyembuhan untuk mengatasi perpecahan ras, jenis kelami,
budaya, warna kulit. Hal-hal inilah yang
pada tahun 1998, pada sidang raya DGD
yang ke-8 di Afrika Selatan,
Harare menjadi
agenda utama yaitu untuk membicarakan sebuah konteks pada
masa itu yang ditandai dengan sejarah
hadirnya ketidakadilan dan perjuangan untuk pembebasan
dari ketidakadilan tersebut dengan tema:"Kembali kepada
Allah, Bersukacitalah
dalam Harapan".
Tema:
“Berbalik kepada Allah-Bersukacitalah dalam pengharapan” mengajak setiap
peserta (gereja) untuk kembali melihat Allah sebagai dasar dari iman kristen
dan hidup kristen sebagai sebuah gerejaNya. Selain itu melalui tema ini gereja
juga diajak untuk dapat selalu menemukan dan melihat adanya harapan baru
didalam upaya melakasanakan tugas dan panggilan gereja ditengah-tengah dunia,
yaitu menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah melalui kabar baik bagi orang
miskin, pembebasan bagi orang yang ditawan, pemulihan yang nampak melalui
kebebasan terhadap orang buta dan tetindas. Gereja kembali diingatkan bahwa
kehadirannya ditengah-tengah dunia, seharusnya mampu membawa pengharapan bagi
setiap orang yang mengalami ketertindasan dan keterpurukan di dunia ini. Pada
tahun Jubilee ini juga setiap gereja diajak untuk bersatu dan bersama-sama
untuk memberitakan keselamatan dan pengharapan yang senantiasa ada didalam
Krisitus.karena sebenarnya untuk inilah gereja dipanggil dan diutus kedalam
dunia.
Gereja
yang seringkali melenceng dan menjauh dari dari tujuannya semula yaitu melayani
Allah melalui sesama yang meski menurut Kessler kita tetap diampuni dan
diterima olehNya telah mendapat teguran yang keras melalui tema ini. Tema
“Kembali kepada Allah-Bersukacitalah dalam Pengharapan (Turn of God-Rejoice in Hope), bertujuan kembali mengingatkan bahwa
gereja senantiasa melupakan tugas dan panggilannya di tengah-tengah dunia yaitu
melayani setiap umat manusia yang berada didalam penindasan dan keterpurukan.
Tema
WCC pada pertemuan di Afrika ini kembali mengingatkan dan menyadarkan gereja
mengenai urgensi membangun sebuah tatanan masyarakat yang lebih baik, jauh dari
rasisme, ketidakadilan dan eksploitasi global yang pada masa itu dan kini
semakin bertambah marak kemunculannya secara global. Sebagaimana yang juga di
katakan oleh Anastasios seorang Uskup Agung Tirana dari Gereja Ortodoks Autocephalic di Albani tentang
anamnesis, yang berarti "mengingat" serangkaian kenangan peristiwa luar
biasa, yang merupakan sebuah
peringatan khusus.
Melalui persidangan WCC yang ke-8 ini, menurutnya gereja diajak
untuk tidak terlibat pada sebuah romantika di dunia ini sehingga melupakan
tugas dan tanggung jawabnya yaitu sebuah keadaan ketika gereja kehilangan
kemampuan untuk mengingat, atau sedang berada dalam krisis yang luar biasa. Sangat sering, kita
orang Kristen baik
secara individu atau
komunitas Kristen menyerupai orang atau kelompok yang terluka parah karena kita
telah kehilangan kesadaran mengingat hidup Kristen, atau kita mempertahankan
kekuatan anamnesis hanya dalam cara yang sangat lemah.
Gereja,
"yang adalah tubuh-Nya,
tidak dapat dan tidak boleh lagi menutup diri serta berpikir bahwa keselamatan hanya untuk
dirinya sendiri. Gereja harus hidup "bagi seluruh dunia". Dengan doanya, pesannya,
kepentingannya, tindakannya yang juga mencakup semua rasa sakit umat manusia,
eksploitasi individu atau kelompok, beragam penindasan perempuan dan anak-anak,
bentrokan lokal, kerusuhan keuangan global dan ketidakadilan, serta kemajemukan ditengah-tengah
dunia yang akan lebih di bahas didalam pertemuan berikutnya di kota
PortoAlegre.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar