Selasa, 07 Oktober 2014

BELAJAR DARI WCC HARARE 1998


Dilatarbelakangi oleh pertemuan WCC sebelumnya pada tahun 1991 di Canberra dengan tema:”Come, Holly Spirit-Renew The Whole Creation” (ed. Lossky, 1991. 1905) yang terinspirasi dari segala situasi yang tidak lagi bersahabat karena seluruh ciptaan terancam oleh adanya perang, ketidakadilan, kemiskinan dan pencemaran polusi serta upaya-upaya yang kurang memadai didalam mengurangi ancaman-ancaman tersebut. Melalui tema “Datanglah, Roh Kudus, Perbaharuilah CiptaanMu, terbesit sebuah kerinduan akan pembaharuan yang dihadirkan oelh Kristus melalui Roh Kudus yang nampak didalam doa dan seharusnya juga nampak didalam aktivitas gerejawi ditengah-tengah dunia (ed. Kinnamon, 1991,14).



Masalah lingkungan hidup, perundingan tentang politik internasional, persoalan utang luar negri, masalah pengungsi dan hak wanita, keesaan dalam percaya, hidup dan kesaksian ayng semuanya terkait dengan isu oikumene, pekabaran Injil, dialog dan gerakan-gerakan kaharismatik, dll.
Tulisan didalam dokumen Faith and Order pun menjadi landasan mengenai tugas dan panggilan gereja yang adalah sebuah persekutuan ditengah-tengah dunia. Salah satu poin penting didalamnya adalah panggilan gereja seperti mewartakan rekonsiliasi serta memberikan penyembuhan untuk mengatasi perpecahan ras, jenis kelami, budaya, warna kulit.  Hal-hal inilah yang pada tahun 1998, pada sidang raya DGD yang ke-8 di Afrika Selatan, Harare menjadi agenda utama yaitu untuk membicarakan sebuah konteks pada masa itu yang ditandai dengan sejarah hadirnya ketidakadilan dan perjuangan untuk pembebasan dari ketidakadilan tersebut dengan tema:"Kembali kepada Allah, Bersukacitalah dalam Harapan".
Tema: “Berbalik kepada Allah-Bersukacitalah dalam pengharapan” mengajak setiap peserta (gereja) untuk kembali melihat Allah sebagai dasar dari iman kristen dan hidup kristen sebagai sebuah gerejaNya. Selain itu melalui tema ini gereja juga diajak untuk dapat selalu menemukan dan melihat adanya harapan baru didalam upaya melakasanakan tugas dan panggilan gereja ditengah-tengah dunia, yaitu menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah melalui kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi orang yang ditawan, pemulihan yang nampak melalui kebebasan terhadap orang buta dan tetindas. Gereja kembali diingatkan bahwa kehadirannya ditengah-tengah dunia, seharusnya mampu membawa pengharapan bagi setiap orang yang mengalami ketertindasan dan keterpurukan di dunia ini. Pada tahun Jubilee ini juga setiap gereja diajak untuk bersatu dan bersama-sama untuk memberitakan keselamatan dan pengharapan yang senantiasa ada didalam Krisitus.karena sebenarnya untuk inilah gereja dipanggil dan diutus kedalam dunia.
Gereja yang seringkali melenceng dan menjauh dari dari tujuannya semula yaitu melayani Allah melalui sesama yang meski menurut Kessler kita tetap diampuni dan diterima olehNya telah mendapat teguran yang keras melalui tema ini. Tema “Kembali kepada Allah-Bersukacitalah dalam Pengharapan (Turn of God-Rejoice in Hope), bertujuan kembali mengingatkan bahwa gereja senantiasa melupakan tugas dan panggilannya di tengah-tengah dunia yaitu melayani setiap umat manusia yang berada didalam penindasan dan keterpurukan.
Tema WCC pada pertemuan di Afrika ini kembali mengingatkan dan menyadarkan gereja mengenai urgensi membangun sebuah tatanan masyarakat yang lebih baik, jauh dari rasisme, ketidakadilan dan eksploitasi global yang pada masa itu dan kini semakin bertambah marak kemunculannya secara global. Sebagaimana yang juga di katakan oleh Anastasios seorang Uskup Agung Tirana dari Gereja Ortodoks Autocephalic di Albani tentang anamnesis, yang berarti "mengingat" serangkaian kenangan peristiwa luar biasa, yang merupakan sebuah peringatan khusus. Melalui persidangan WCC yang ke-8 ini, menurutnya  gereja diajak untuk tidak terlibat pada sebuah romantika di dunia ini sehingga melupakan tugas dan tanggung jawabnya yaitu sebuah keadaan ketika gereja kehilangan kemampuan untuk mengingat, atau sedang berada dalam krisis yang luar biasa. Sangat sering, kita orang Kristen baik secara individu atau komunitas Kristen menyerupai orang atau kelompok yang terluka parah karena kita telah kehilangan kesadaran mengingat hidup Kristen, atau kita mempertahankan kekuatan anamnesis hanya dalam cara yang sangat lemah.

Gereja, "yang adalah tubuh-Nya, tidak dapat dan tidak boleh lagi menutup diri serta berpikir bahwa keselamatan hanya untuk dirinya sendiri. Gereja harus hidup "bagi seluruh dunia".  Dengan doanya, pesannya, kepentingannya, tindakannya yang juga mencakup semua rasa sakit umat manusia, eksploitasi individu atau kelompok, beragam penindasan perempuan dan anak-anak, bentrokan lokal, kerusuhan keuangan global dan ketidakadilan, serta kemajemukan ditengah-tengah dunia yang akan lebih di bahas didalam pertemuan berikutnya di kota PortoAlegre.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar