Selasa, 07 Oktober 2014

Gerakan OikumeneEdinburgh (1910) “Gereja di lapangan pekabaran injil

Konfrensi  Edinburgh  merupakan salah satu penyokong dari gerakan Oikumene. Dalam Konfrensi ini dihasilkan dua gerakan yaitu Gerakan Faith and order dan  Life and work.  Faith and order yaitu gerakan yang berusaha mendaftarkan perbedaan dan memperbandingkan dogma-dogma gereja dan ajaran gereja, tetapi juga berusaha untuk mengusahakan sebuah teologi alkitabiah tentang kristus dan Gereja.[1] Life and work yaitu gerakan bersama yang menekankan diri pada kegiatan sosial gereja yang berdasarkan iman kristen di bidang kemasyarakatan dan politik.[2] Melalui Gerakan Faith and order dan  Life and work gereja terdorong untuk menyatukan diri dalam suatu wadah.



Konferensi di Edinburgh ada delapan pokok pembahasan yaitu, pekabaran injil di dunia; gereja di lapangan pekabaran injil; pendidikan dan pengkristenan; berita Kristen dan agama bukan Kristen; persiapan para pekabar injil; hubungan dengan Negara; hubungan dengan pemerintah ; kerjasama dan kesaan.[3] Namun penulis akan fokus terhadap tema yang kedua, gereja di lapangan pekabaran injil . Missi gereja seharusnya dapat menghadirkan kasih kristus di dunia. Gereja harus menyadari bahwa, Gereja tidak bisa menghadapi tantangan dunia ini dengan kekuatannya sendiri. Oleh karena itulah, gereja haruslah mengkomuniskasikan dan mengajak  kepada setiap individu untuk menciptakan suasana pertemanan[4] agar tantangan di dunia ini dapat diatasi secara bersama-sama. Dalam hal ini iman setiap individu sangat dibutuhkan, sebab iman diyakini mempunyai tugas untuk menghimpun semua.
Gerakan Faith and order dan  Life and work, gerakan ini memberi sumbangsih kepada gereja untuk berkumpul dan bersama-sama menjalankan satu misi yang sama. Melalui gerakan ini gereja menjadi terpanggil untuk bersatu dalam keluarga besar. Gereja terpanggil untuk melakukan gerakan Oikumene. Gerakan Faith and order membuat gereja sadar akan pentingnya sebuah persekutuan. Gerakan Life and work membuat gereja sadar akan pentingnya tugas pelayanan. Dan Gerakan Oikumene yang pertama (International Missionary Council) membuat gereja sadar akan pentingnya sebuah kesaksian untuk menghadirkan perdamaian.[5]
 Gerakan Oikumene merupakan jawaban gereja untuk menghadapi tantangan dunia. Dunia saat itu terpecah-pecah akibat perang. Gerakan Oikumene adalah usaha gereja untuk membuktikan dirinya dapat bersatu dalam satu misi tetapi tetap dalam keberagaman.[6] Keesaan dalam gereja tetap dipertahankan dalam Oikumene. Keesaan dalam dokrin, tata gereja dan ajaran dalam gereja merupakan kekayaan dalam Oikumene. Bersatu bukanlah berarti haruslah memilki aspek yang sama, tetapi memilki tujuan akhir yang sama dan missi yang sama. Arti kesatuan itu ialah, supaya umat menjadi sempurna di dalam persekutuan dan supaya dunia mengetahui, bahwa Allah hadir dalam Yesus.[7]
 Dalam Gerakan Injili terdapat semangat apostolik, ketika para orang percaya mencari kebenaran di dalam Alkitab.[8] Tanggapan para penginjil terhadap gerakan ekumenis adalah mengkritik gerakan ekumenis yang individualistik dan mengabaikan aspek spritual.[9] Melakukan kegiatan evangelical dianggap sebagai sesuatu yang urgen. Injil yang diyakini menyimpan rahasia bagaimana seseorang harus hidup dan kematian tentunya harus ditempatkan pada prioritas utama. Kritik yang ditujukan pada gerakan ekumenis menunjukkan bahwa orang-orang tidak dapat dijangkau oleh upaya menciptakan Kristen yang satu. Seperti yang telah diupayakan oleh para reformator yang tidak membuat suatu doktrin gereja yang utuh melainkan memperbaiki apa yang sudah ada. Tidak pada komunitas yang baru. Hal ini disebabkan adanya harapan dari para reformator mengenai kesatuan umat Kristen.[10]
Pada masa sesudah para reformator, pandangan akan keesaan gereja ini diteruskan dan diupayakan sehingga terbentuklah berbagai organisasi ekumenis. Namun pada kenyataannya yang dihadapi pada masa mendatang berbeda. Apa yang diharapkan oleh para reformator mulai menyimpang: khotbah dan sakramaen-sakramen menjadi sesuatu hampa.[11] Sebagai contoh, Revolusi Prancis dapat menyadarkan kita bahwa cita-cita adanya kesatuan umat Kristen sebagai sesuatu yang hanya dapat diberlakukan pada masa lampau.
Wichern, ketua dari para misionaris mengatakan bahwa tujuan dari penginjilan adalah untuk memenangkan kembali orang-orang yang hidup dalam “keutuhan umat Kristen” namun berada dalam dosa. Orang-orang ini tidak dapat dijangkau oleh gereja yang terorganisasi.[12] Kritik gerakan evangelical terhadap ekumenis mengenai injil dinyatakan dengan slogannya yaitu kembali kepada kemurnian injil. Gerakan ekumenis dianggap tidak lagi berpegang pada landasan yang benar yaitu injil. Gerakan ekumenis sibuk dengan urusan organisasi sehingga melupakan aspek spiritual yang penting yang terkandung dalam injil tersebut.
DAFTAR  PUSTAKA
De Jonge,Christian.Menuju Keesaan Gereja.Jakarta:BPK Gunung Mulia.1990.
Darmaputera, Eka. Berbeda Tapi Bersatu. Jakarta:BPK Gunung Mulia.1974.
Gairdner,W.H.T.Edinburgh 1910.Edinburgh & London: Oliphant, Anderson & Ferrier.1910.
Hoekendijk,J.C. “The Call To Evangelism” in Donald McGavran (ed.). The Conciliar-Evangelical Debate: The
Crucial Documents,1964-1976.California: William Carey Library.1977.
Sitompul, Ds. K. Masalah Keesaan Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Snaitang,O.L.A History of Ecumenical Movement: An Introduction.Bangalore:National Printing Press.2004.



[1] Eka Darmaputera.Berbeda Tapi Bersatu.(Jakarta:BPK Gunung Mulia.1974).hlm:37.
[2] Ibid, hlm:38.
[3] Christian,De Jonge.Menuju Keesaan Gereja.(Jakarta:BPK Gunung Mulia.1990).hlm:10.
[4] W.H.T.Gairdner.Edinburgh 1910.(Edinburgh & London: Oliphant, Anderson & Ferrier.1910.)hlm:108
[5] O.L.Snaitang,A History of Ecumenical Movement:An Introduction.(Bangalore:National Printing Press.2004)hlm:114.
[6] Ibid.,hlm:107-108.
[7] Ds. K. Sitompul. Masalah Keesaan Gereja.(Jakarta: BPK Gunung Mulia). hlm:33.
[8] J. C. Hoekendijk, “The Call To Evangelism” in Donald McGavran (ed.), The Conciliar-Evangelical Debate: The Crucial Documents, 1964-1976 (California: William Carey Library, 1977), hlm: 41.
[9]  Ibid.hlm: 43
[10] Ibid.,
[11]  Ibid.,
[12]  Ibid.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar